ASAL USUL DUKUH TANGGULANGIN

Sunday, November 4, 2018

(Kec. Batangan Kab. Pati Prov. Jawa Tengah)



Pada Jaman Dahulu ada dua desa  yang saling berselisih, perselisihan tersebut terjadi bertahun tahun lamanya. yaitu  desa Jembangan yang ada di bagian Timur dan Desa Mujil yang ada di Bagian Barat, desa tersebut dibatasi daerah yang di huni oleh sesepuh Kiyai Cilek, tanah tersebut terdapat diantara Desa Jembangan dan Desa Mujil.
Kedua desa tersebut dipimpin oleh seorang Danyang , Danyang tersebut melakukan Pertarungan satu lawan satu. Petarungan sengit pun terjadi dan pertarungan berjalan lama dikarenakan kedua Danyang sama-sama kuat dalam bertarung dan memiliki kesaktian tinggi. Setelah beberapa lama melakukan pertarungan akhirnya dimenangkan oleh Danyang Desa Mujil.
Danyang Jembangan merasa tidak terima  dikalahkan oleh danyang Mujil, akhirnya danyang Jembangan pun dendam terhadap danyang Mujil. Danyang Jembagan membuat siasat agar bisa mengalahkan Danyang Mujil walaupun siasat tersebut sangat licik yang penting danyang Mujil Bisa dikalahkan dan dendam pun bisa terbalaskan.
Saat itu Danyang Mbangan mengetahui desas desus kalau didaerah perbatasan antara Desa Mujil dan Desa Mbangan ada seseorang yang sakti bahkan kesaktianya dapat memindahkan Angin. Ya benar beliau adalah Kiyai Cilek atau di Panggil Kiyai Lek.
Danyang Jembangan akhirnya pergi kedaerah tersebut untuk meminta pertolongan kepada Kiyai Cilek, dan meminta beliau untuk memindahkan seluruh angin di Desa Mujil ditanggul di Daerah tempat Kiyai Cilek tinggal.
Kiyai Cilek pun mengabulkan permintaan Danyang Jembangan, mungkin Kiyai Cilek tidak mengetahui siasat Danyang Jembangan yang meminta bantuan untuk memindahkan Agin bahwa itu bertujuan untuk mengelabuhi Danyang Mujil agar bisa dikalahkan.
Pada keesokan harinya  Danyang Mujil merasakan hawa di Desa Mujil tidak nyaman dikarenakan tidak ada angin yang biasanya sepoi-sepoi karena dekat dengan laut, ini  malah menjadi panas dan pengap.
Akhirnya Danyang mujil keluar rumah mencari angin segar, beliau  berjalan-jalan sampai  daerah perbatasan antara Desa Mujil dan Jembangan, disitu beliu menemukan agin segar nan sepoi-sepoi maka bersandarlah Danyang Mujil. Maklum didesanya angin benar-benar tidak ada dan merasa kepanasan saat berjalan mencari udara, Danyang mujil merasa lelah sampai-sampai tertidur ditempat perbatasan tersebut .
Dan disaat itulah Danyang Jembangan melakukan siasatnya dengan mengetahui Danyang Mujil Tidur, Danyang Jembangan mengambil Keris dan menusuk Danyang Mujil dari belakang dengan  tanpa ampun yang akhirnya Danyang Mujil Meninggal.
Setelah Danyang Mujil meninggal tubunya dibawa sampai ke daerah perbatasan sebelah selatan dan darah dari Danyang Mujil  di Poh / dikeluarkan sampai habis disana.
Setelah kejadian itu kabar pun sampai ke telinga sesepuh Kiya Cilek dan beliau keluar dari kediamanya untuk melihat kejadian yang telah terjadi, benar adanya ditempat perbatasan bagian selatan ada tubuh Danyang Mujil yang sudah tidak bernyawa dengan darah berceceran.
Dan Kiyai Cilek merasa menyesal karena telah menolong dengan mengabulkan keinginan Danyang Jembagan. Jika ini yang terjadi mungkin permintaan dari Danyang Jembangan tidak akan dituruti bagaimana pun saktinya Kiyai cilek tetap saja beliau adalah Manusia yang tidak sempurna dan manusia adalah tempatnya lupa, salah dan dosa.
Dan saat itu pula dengan mengenang pertarungan antara Danyang Jembangan dan Danyang Mujil, Kiyai Cilek memberi nama daerah tempat bersandar Danyang Mujil (sekarang ini menjadi pondok pesantren) saat angin ditanggul menjadi Desa Tanggulangin. Dan tempat tubuh Danyang mujil yang darahnya diPoh / dikeluarkan hingga berceceran dinamakan Kepoh (Punden Desa Tanggulangin sekarang ini). Selesai.

~000~


Dilihat dari benar tidaknya cerita Legenda diatas, kita bisa memetik pelajaran bahwa dendam tidak akan bisa menyelesaikan masalah bahkan dendam dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain. Pepatah jawa mengatakan “Rukun Agawe sentosa” Hidup rukun membuat kita bahagia sentosa. Maka rukunlah kepada sesama tanpa memandang Golongan Ras, Suku, Agama, Dengan begitu kita merasakan kebahagiaan.





Tanggulangin, 04 November 2018
Naras Sumber : H. SUWARTO
Penulis dan Pengembangan cerita : SUDIONO

0 comments:

Post a Comment

Followers

© 2009 ONO NEWS. Powered by Blogger
Free blogger template Designed by Newwpthemes.com Converted by Bloggerspan