(Kec. Batangan Kab. Pati Prov. Jawa
Tengah)
Pada Jaman Dahulu ada dua
desa yang saling berselisih,
perselisihan tersebut terjadi bertahun tahun lamanya. yaitu desa Jembangan yang ada di bagian Timur dan
Desa Mujil yang ada di Bagian Barat, desa tersebut dibatasi daerah yang di huni
oleh sesepuh Kiyai Cilek, tanah tersebut terdapat diantara Desa Jembangan dan
Desa Mujil.
Kedua desa tersebut
dipimpin oleh seorang Danyang , Danyang tersebut melakukan Pertarungan satu
lawan satu. Petarungan sengit pun terjadi dan pertarungan berjalan lama
dikarenakan kedua Danyang sama-sama kuat dalam bertarung dan memiliki kesaktian
tinggi. Setelah beberapa lama melakukan pertarungan akhirnya dimenangkan oleh
Danyang Desa Mujil.
Danyang Jembangan merasa tidak
terima dikalahkan oleh danyang Mujil,
akhirnya danyang Jembangan pun dendam terhadap danyang Mujil. Danyang Jembagan
membuat siasat agar bisa mengalahkan Danyang Mujil walaupun siasat tersebut sangat
licik yang penting danyang Mujil Bisa dikalahkan dan dendam pun bisa
terbalaskan.
Saat itu Danyang Mbangan
mengetahui desas desus kalau didaerah perbatasan antara Desa Mujil dan Desa
Mbangan ada seseorang yang sakti bahkan kesaktianya dapat memindahkan Angin. Ya
benar beliau adalah Kiyai Cilek atau di Panggil Kiyai Lek.
Danyang Jembangan
akhirnya pergi kedaerah tersebut untuk meminta pertolongan kepada Kiyai Cilek,
dan meminta beliau untuk memindahkan seluruh angin di Desa Mujil ditanggul di Daerah
tempat Kiyai Cilek tinggal.
Kiyai Cilek pun
mengabulkan permintaan Danyang Jembangan, mungkin Kiyai Cilek tidak mengetahui
siasat Danyang Jembangan yang meminta bantuan untuk memindahkan Agin bahwa itu
bertujuan untuk mengelabuhi Danyang Mujil agar bisa dikalahkan.
Pada keesokan harinya Danyang Mujil merasakan hawa di Desa Mujil tidak
nyaman dikarenakan tidak ada angin yang biasanya sepoi-sepoi karena dekat
dengan laut, ini malah menjadi panas dan
pengap.
Akhirnya Danyang mujil keluar
rumah mencari angin segar, beliau berjalan-jalan sampai daerah perbatasan antara Desa Mujil dan
Jembangan, disitu beliu menemukan agin segar nan sepoi-sepoi maka bersandarlah
Danyang Mujil. Maklum didesanya angin benar-benar tidak ada dan merasa
kepanasan saat berjalan mencari udara, Danyang mujil merasa lelah sampai-sampai
tertidur ditempat perbatasan tersebut .
Dan disaat itulah Danyang
Jembangan melakukan siasatnya dengan mengetahui Danyang Mujil Tidur, Danyang
Jembangan mengambil Keris dan menusuk Danyang Mujil dari belakang dengan tanpa ampun yang akhirnya Danyang Mujil
Meninggal.
Setelah Danyang Mujil
meninggal tubunya dibawa sampai ke daerah perbatasan sebelah selatan dan darah
dari Danyang Mujil di Poh / dikeluarkan sampai
habis disana.
Setelah kejadian itu kabar
pun sampai ke telinga sesepuh Kiya Cilek dan beliau keluar dari kediamanya
untuk melihat kejadian yang telah terjadi, benar adanya ditempat perbatasan
bagian selatan ada tubuh Danyang Mujil yang sudah tidak bernyawa dengan darah
berceceran.
Dan Kiyai Cilek merasa
menyesal karena telah menolong dengan mengabulkan keinginan Danyang Jembagan. Jika
ini yang terjadi mungkin permintaan dari Danyang Jembangan tidak akan dituruti
bagaimana pun saktinya Kiyai cilek tetap saja beliau adalah Manusia yang tidak
sempurna dan manusia adalah tempatnya lupa, salah dan dosa.
Dan saat itu pula dengan
mengenang pertarungan antara Danyang Jembangan dan Danyang Mujil, Kiyai Cilek
memberi nama daerah tempat bersandar Danyang Mujil (sekarang ini menjadi pondok
pesantren) saat angin ditanggul menjadi Desa Tanggulangin. Dan tempat tubuh
Danyang mujil yang darahnya diPoh / dikeluarkan hingga berceceran dinamakan Kepoh
(Punden Desa Tanggulangin sekarang ini). Selesai.
~000~
Dilihat dari benar
tidaknya cerita Legenda diatas, kita bisa memetik pelajaran bahwa dendam tidak
akan bisa menyelesaikan masalah bahkan dendam dapat merugikan diri sendiri
maupun orang lain. Pepatah jawa mengatakan “Rukun
Agawe sentosa” Hidup rukun membuat kita bahagia sentosa. Maka rukunlah
kepada sesama tanpa memandang Golongan Ras, Suku, Agama, Dengan begitu kita
merasakan kebahagiaan.
Tanggulangin, 04 November 2018
Naras Sumber : H. SUWARTO
Penulis dan Pengembangan cerita : SUDIONO
0 comments:
Post a Comment