TEKS ANEKDOT
Pengertian Teks
Anekdot
- Teks
Anekdot adalah cerita singkat yang di dalamnya mengandung unsur
humor(lucu) dan mempunyai maksud untuk melakukan kritikan berupa sindiran
lucu.
- Teks
Anekdot adalah cerita yang dapat membuat orang tertawa, tetapi memiliki
makna.
Kedua
pengertian teks anekdot diatas benar, kamu bisa mengambil salah satu pengertian
diatas, atau bisa menyimpulkannya sendiri.
Struktur Teks Anekdot
Ada
5 struktur yang membangun sebuah teks anekdot, berikut ini strukturnya :
1. Abstrak, yaitu
gambaran umum tentang sebuah teks anekdot.
2. Orientasi, yaitu
latar belakang kenapa cerita teks anekdot terjadi.
3. Krisis, yaitu bagian
yang berisi pokok masalah dalam sebuah cerita.
4. Reaksi, yaitu bagian
penyelesaian masalah.
5. Koda, yaitu bagian
yang menutup cerita.
Ciri-ciri Teks
Anekdot
- Memiliki
sifat humor/lucu, dan menyindir.
- Bisa
menceritakan manusia ataupun hewan.
- Bisa
juga cerita fakta, atau cerita fiksi imajinasi.
- Menceritakan
tokoh, atau kehidupan sehari-hari dilingkungan sekitar.
- Terdapat
tujuan pesan berupa kritikan.
Baca
juga materi pelajaran : Mengkritik dan Memuji Materi Bahasa
Indonesia
Kaidah Teks Anekdot
- Mengandung
kalimat perintah.
- Mengandung
kata predikat atau kata kerja.
- Ceritanya
runtut(sistematis).
- Memakai
kata keterangan waktu lampau.
- Menggunakan
konjungsi antar kalimat.
- Dibuat
sesuai dengan struktur teks anekdot, mulai abstrak hingga koda.
Contoh Teks Anekdot
Supir Taksi
Susi
harus bekerja sampai larut malam dikantornya. Ketika ingin pulang Susi menyetop
taksi untuk mengantarnya pulang.
“Kebon
Jeruk ya Pak“
Sopir
taksi itu hanya menggangguk, selama perjalanan tidak terjadi percakapan antara
Susi dan Sopir Taksi, mungkin Susi merasa capek karena bekerja sampai larut
malam. 20 menit lamanya keheningan terjadi, tiba-tiba Susi ingat bahwa uang
yang dibawanya kurang untuk membayar ongkos taksi.
Susi
lalu menepuk pundak Sopir taksi dengan maksud berhenti dulu didepan untuk
mengambil uang di ATM.
Tapi tiba-tiba setelah pundaknya ditepuk oleh Susi Sopir taksi itu secara membabi buta membanting setirnya ke kanan kemudian ke kiri sambil berteriak secara histeris, sampai akhirnya taksi itu menabrak sebuah pohon.
Tapi tiba-tiba setelah pundaknya ditepuk oleh Susi Sopir taksi itu secara membabi buta membanting setirnya ke kanan kemudian ke kiri sambil berteriak secara histeris, sampai akhirnya taksi itu menabrak sebuah pohon.
Untung
Susi dan Sopir Taksinya tidak mengalami luka yang cukup parah. Sopir Taksi itu
kemudian meminta maaf kepada Susi.
“Maaf
ya Bu, Ibu nggak apa-apa? Ibu sih make nepuk pundak saya, kagetnya setengah
mati bu!!”
“Lho, masa sih ditepuk pundaknya aja kaget??
“Soalnya ini hari pertama saya jadi sopir Taksi, Bu”
“Emangnya pekerjaan bapak sebelumnya apa??“
“Selama 20 tahun saya jadi SOPIR MOBIL JENAZAH”
“Lho, masa sih ditepuk pundaknya aja kaget??
“Soalnya ini hari pertama saya jadi sopir Taksi, Bu”
“Emangnya pekerjaan bapak sebelumnya apa??“
“Selama 20 tahun saya jadi SOPIR MOBIL JENAZAH”
Tukang Daging
Suatu
pagi lewatlah seorang penjual daging. “Dageeeng! Dageeeeennngg! !!” teriaknya.
Seorang ibu rumah tangga yang sedang sakit gigi sewot banget mendengar teriakan si tukang daging.
Ibu: “Hei tukang daging! Lu kagak punya otak ya….!!!??? ”
Tukang daging : “Wah kebetulan gak punya, Bu. Hari ini daging semua…”
Seorang ibu rumah tangga yang sedang sakit gigi sewot banget mendengar teriakan si tukang daging.
Ibu: “Hei tukang daging! Lu kagak punya otak ya….!!!??? ”
Tukang daging : “Wah kebetulan gak punya, Bu. Hari ini daging semua…”
Jadi
itulah 2 Contoh Teks Anekdot, semoga menghibur.. hehehe gimana,, lucu ngak?..
Yuk kembali bahas tujuan teks anekdot.
Tujuan Teks Anekdot
1. Untuk menghibur
pembaca teks anekdot.
2. Menyampaikan pesan
kritikan dengan bentuk yang berbeda, yaitu lelucon.
3. Sarana menyampaikan
pesan dengan lelucon.
Oke,
selesailah pembahasan kita kali ini tentang Materi Teks Anekdot Lengkap Pengertian, Struktur, Ciri, Kaidah, Contoh,
Tujuan. Untuk
selanjutnya kita juga akan membahas lebih dalam tentang teks anekdot,
yaitu Menganalisis Contoh Teks Anekdot dan
Strukturnya secara lengkap.
TEKS IKTISAR
Iktisar
(pengertian, ciri, cara membuat iktisar, perbedaan sinopsis dan iktisar, dan
contoh iktisar)
Hai gays, salam kenal untuk kalian semua, kali ini saya akan
membagikan sedikit ilmu yang saya punya untuk kalian tersayang haha😂 ,
oke deh langsung aja tanpa banyak basa basi kali ini saya akan membahas tentang
seputar ikhtisar yang meliputi pengertian ikhtisar, ciri-ciri, cara membuat
iktisar, perbedaan sinopsis dan iktisar dan contoh iktisar, selamat membaca.
Pengertian Ikhtisar
Ikhtisar merupakan penyajian singkat dari suatu karangan asli yang tidak perlu memberikan isi dari seluruh karangan itu secara proporsional atau dengan kata lain ikhtisar merupakan bagian yang sangat penting setelah membuat kesimpulan dan rekomendasi. Ikhtisar mengandung topik persoalan dan tujuan yang akan dicapai melalui topik tersebut.
Menurut Juhara (2003) ikhtisar ialah penulisan butir-butir penting dalam sebuah buku. Ciri-ciri ikhtisar adalah penulisannya tidak harus berurutan, boleh secara acak atau disajikan dalam bahasa pembuat ikhtisar tanpa mengubah tema wacana tersebut.
Jika sinopsis, ikhtisar, dan ringkasan yang sering muncul dalam tulisan resensi, ketiganya memiliki perbedaan, namun sering digunakan untuk menjelaskan pokok-pokok isis buku. Jika ditanya tentang sinopsis dan ikhtisar adalah sama. Bedanya istilah sinopsis dapat digunakan saat meresensi buku fiksu, dan ikhtisar dapar digunakan saat meresensi buku nonfiksi.
Ikhtisar berbeda dengan ringkasan walaupun kedua istilah itu sering disamakan tapi sesungguhnya keduanya berbeda, ringkasan merupakan penyajian singakt dari suatu karangan asli namun tetap mempertahankan urutan isi dan sudut pandang pengarang asli. Jadi dapat disimpulkan bahwa ringkasan merupakan keterampilan memproduksi hasil karya yang sudah ada dalam bentuk yang singkat.
Sedangkan ikhtisar tidak perlu mempertahankan urutan isi karangan asli, selain itu ikhtisar juga tidak perlu memberikan isi dari karangan secara profesional. Penulis ikhtisar dapat langsung mengemukakan inti atau pokok masalah dan problematika pemecahannya. Sebagai ilustrasi, beberapa bagian atau isi dari beberapa bab, dapat diberikan untuk menjelaskan inti atau pokok masalah tersebut. Sementara bagian atau pokok yang kurang penting dapat dihilangkan. Untuk bentuk ikhtisar lebih bebas dari pada ringkasan.
Ciri-Ciri Ikhtisar
Adapun untuk ciri-ciri ikhtisar yang diantaranya yaitu:
1. Merupakan tulisan baru yang mengandung sebagian gagasan dari teks;
2. Menggunakan kata-kata dari penyusun sendiri;
3. Tidak mengandung hal baru, pikiran atau opini penyusun ikhtisar, baik yang dimaksudkan secara sadar maupun tidak sadar.
Pengertian Ikhtisar
Ikhtisar merupakan penyajian singkat dari suatu karangan asli yang tidak perlu memberikan isi dari seluruh karangan itu secara proporsional atau dengan kata lain ikhtisar merupakan bagian yang sangat penting setelah membuat kesimpulan dan rekomendasi. Ikhtisar mengandung topik persoalan dan tujuan yang akan dicapai melalui topik tersebut.
Menurut Juhara (2003) ikhtisar ialah penulisan butir-butir penting dalam sebuah buku. Ciri-ciri ikhtisar adalah penulisannya tidak harus berurutan, boleh secara acak atau disajikan dalam bahasa pembuat ikhtisar tanpa mengubah tema wacana tersebut.
Jika sinopsis, ikhtisar, dan ringkasan yang sering muncul dalam tulisan resensi, ketiganya memiliki perbedaan, namun sering digunakan untuk menjelaskan pokok-pokok isis buku. Jika ditanya tentang sinopsis dan ikhtisar adalah sama. Bedanya istilah sinopsis dapat digunakan saat meresensi buku fiksu, dan ikhtisar dapar digunakan saat meresensi buku nonfiksi.
Ikhtisar berbeda dengan ringkasan walaupun kedua istilah itu sering disamakan tapi sesungguhnya keduanya berbeda, ringkasan merupakan penyajian singakt dari suatu karangan asli namun tetap mempertahankan urutan isi dan sudut pandang pengarang asli. Jadi dapat disimpulkan bahwa ringkasan merupakan keterampilan memproduksi hasil karya yang sudah ada dalam bentuk yang singkat.
Sedangkan ikhtisar tidak perlu mempertahankan urutan isi karangan asli, selain itu ikhtisar juga tidak perlu memberikan isi dari karangan secara profesional. Penulis ikhtisar dapat langsung mengemukakan inti atau pokok masalah dan problematika pemecahannya. Sebagai ilustrasi, beberapa bagian atau isi dari beberapa bab, dapat diberikan untuk menjelaskan inti atau pokok masalah tersebut. Sementara bagian atau pokok yang kurang penting dapat dihilangkan. Untuk bentuk ikhtisar lebih bebas dari pada ringkasan.
Ciri-Ciri Ikhtisar
Adapun untuk ciri-ciri ikhtisar yang diantaranya yaitu:
1. Merupakan tulisan baru yang mengandung sebagian gagasan dari teks;
2. Menggunakan kata-kata dari penyusun sendiri;
3. Tidak mengandung hal baru, pikiran atau opini penyusun ikhtisar, baik yang dimaksudkan secara sadar maupun tidak sadar.
Fungsi / Kegunaan Ikhtisar
Berikut ini merupakan fungsi dari ikhtisar antara lain yaitu:
1. Untuk mengembangkan ekspresi serta penghematan kata.
2. Memahami dan mengetahui isi sebuah buku atau karangan.
3. Membimbing dan menuntun seseorang agar dapat.
Cara Membuat Ikhtisar
Langkah langkah dalam membuat ikhtisar diantaranya yaitu:
1. Membaca naskah asli satu atau dua kali
2. Mencatat gagasan utama
3. Menyusun kerangka tulisan
4. Menulis ikhtisar
5. Mengecek kembali gagasan asli
6. Mengoreksi kesalahan bahasa dan kesalahan cetak.
Contoh Ikhtisar
Sekitar 30.000 hingga 50.000 orang berkumpul di kota Hiroshima, Jepang untuk mengenang peristiwa jatuhnya bom atom di kota itu pada tanggal 6 Agustus 1945 yang menewaskan sekitar 14.000 jiwa. Mereka bersama-sama mengheningkan cipta selama 60 detik dan melepaskan ratusan burung dara pada upacara peringatan ini. Upacara tersebut akan dilanjutkan pada hari kamis 9 Agustus 2001 di Kota Nagasaki yang 56 tahun yang lalu juga di bom AS sehingga menewaskan sekitar 70.000 orang pada peringatan itu Perdana Menteri Jepang Junichiro Koizumi meminta kepada seluruh dunia untuk menghapus sejata nuklir.
TEKS HIKAYAT
Pengertian, Ciri-ciri, dan Unsur-unsur Hikayat Beserta Contohnya
Hikayat – Tentunya Anda pernah
mendengar sebuah cerita tentang Hang Tuah dan Abu Nawas kan? Ya, keduanya
termasuk hikayat. Tahukah Anda apa yang dimaksud dengan hikayat? Dalam artikel
ini akan dibahas secara lengkap mengenai pengertian, ciri-ciri dan unsur-unsur
dari hikayat.
Pengertian Hikayat
Hikayat merupakan salah satu karya sastra lama yang berbentuk
prosa yang didalamnya mengisahkan tentang kehidupan dari keluarga istana, kaum
bangsawan atau orang-orang ternama dengan segala kehebatan, kesaktian ataupun
kepahlawanannya. Di dalamnya juga diceritakan tentang kekuatan, mukjizat dan
segala keanehannya.
Hikayat berasal dari bahasa Arab, yakni haka yang
mempunyai arti bercerita atau menceritakan. Fungsi dari hikayat adalah sebagai
pembangkit semangat, penghibur atau pelipur lara, atau hanya untuk meramaikan
suatu pesta.
Terkadang, hikayat ini mirip dengan
cerita sejarah yang isinya banyak terdapat hal-hal yang tidak masuk akal dan
penuh dengan keajaiban. Hikayat mulai berkembang pada masa Melayu klasik,
sehingga banyak kata yang digunakan dalam hikayat mengandung bahasa Melayu
klasik yang terkadang susah untuk dimengerti.
Ciri-ciri Hikayat
§
Hikayat termasuk dalam jenis prosa lama yang mempunyai beberapa
ciri, diantaranya:
§
Hikayat menggunakan bahasa Melayu lama
§
Istana sentries, artinya pusat ceritanya berada didalam
lingkungan istana
§
Pralogis, artinya banyak cerita didalam hikayat tidak dapat di
terima oleh akal
§
Statis, artinya bersifat kaku dan tetap
§
Anonim, artinya tidak jelas siapa yang mengarang hikayat tersebut
§
Hikayat menggunakan kata arkhais, yakni kata-kata yang saat ini
sudah tidak lazim digunakan, seperti syahdan dan sebermula.
Unsur-unsur Hikayat
Unsur-unsur yang terdapat dalam
hikayat sebenarnya tidak jauh berbeda dengan jenis prosa lama yang lainnya. Hikayat
dibangun oleh dua unsur, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.
Unsur intrinsik dalam hikayat adalah unsur yang membangun cerita
tersebut dari dalam. Sedangkan, unsur ekstrinsik adalah unsure yang membangun
cerita tersebut dari luar.
Berikut ini adalah unsur-unsur
intrinsik yang membangun sebuah hikayat:
§
Tema,
tema adalah gagasan yang mendasari sebuah cerita.
§
Latar, latar adalah tempat, waktu, dan suasana yang tergambar dalam
suatu cerita.
§
Alur,
alur adalah jalinan peristiwa dalam sebuah cerita.
§
Amanat, amanat adalah suatu pesan yang disampaikan oleh pengarang
melalui sebuah cerita.
§
Tokoh, tokoh adalah pemeran di dalam cerita. Penokohan merupakan
penggambaran watak seorang tokoh.
§
Sudut pandang, sudut pandang adalah pusat pengisahan darimana suatu cerita
dikisahkan oleh si pencerita.
§
Gaya,
gaya ini berhubungan dengan bagaimana si penulis menyajikan suatu cerita dengan
menggunakan bahasa dan unsur-unsur keindahan lainnya.
Sedangkan unsur-unsur ekstrinsik
dari hikayat biasanya berhubungan dengan latar belakang cerita, misal seperti
latar belakang agama, adat, budaya dan lain-lain. Unsur ekstrinsik tersebut
juga berhubungan dengan nilai/norma kehidupan dalam cerita, contohnya seperti
nilai moral, nilai agama, nilai sosial, nilai budaya dan lain-lain.
Contoh Hikayat
“Hikayat Burung Cendrawasih”
Sahibul hikayat telah diriwayatkan
dalam Kitab Tajul Muluk, mengisahkan seekor burung yang bergelar burung
cenderawasih. Adapun asal usulnya bermula dari kayangan. Menurut kebanyakan
orang lama yang arif mengatakan ianya berasal dari syurga dan selalu berdamping
dengan para wali. Memiliki kepala seperti kuning keemasan.
Dengan empat sayap yang tiada taranya. Akan kelihatan sangat
jelas sekiranya bersayap penuh adanya. Sesuatu yang sangat nyata perbedaannya
adalah dua antena atau ekor ‘areil‘ yang panjang di ekor belakang. Barangsiapa
yang melihatnya pastilah terpegun dan takjub akan keindahan dan kepelikan
burung cenderawasih.
Amatlah jarang sekali orang
memiliki burung cenderawasih. Ini kerana burung ini bukanlah berasal dari bumi
ini. Umum mengetahui bahawa burung Cenderawasih ini hanya dimiliki oleh kaum
kerabat istana saja. Hatta mengikut sejarah, kebanyakan kerabat-kerabat istana
Melayu mempunyai burung cenderawasih. Mayoritas para peniaga yang ditemui
mengatakan ia membawa tuah yang hebat.
Syahdan dinyatakan lagi dalam beberapa kitab Melayu lama,
sekiranya burung cenderawasih turun ke bumi nescaya akan berakhirlah hayatnya.
Dalam kata lain burung cenderawasih akan mati sekiranya menjejak kaki ke bumi.
Namun yang pelik lagi ajaibnya, burung cenderawasih ini tidak lenyap seperti
bangkai binatang yang lain.
Ini kerana ia dikatakan hanya makan embun syurga
sebagai makanannya. Malahan ia mengeluarkan bau atau wangian yang sukar untuk
diperkatakan. Burung cenderawasih mati dalam pelbagai keadaan. Ada yang mati
dalam keadaan terbang, ada yang mati dalam keadaan istirahat dan ada yang mati
dalam keadaan tidur.
Walau bagaimanapun, Melayu Antique telah
menjalankan kajian secara rapi untuk menerima hakikat sebenarnya mengenai
Burung Cendrawasih ini. Mengikut kajian ilmu pengetahuan yang dijalankan,
burung ini lebih terkenal di kalangan penduduk nusantara dengan panggilan
Burung Cenderawasih.
Cerita rakyat sudah tidak asing di telinga kamu. Kamu sering
mendengar cerita rakyat, mungkin diceritakan oleh ayah atau ibu kamu saat kamu
kecil. Sudahakah kamu mengenal cerita rakyat yang berupa hikayat?
Cerita
hikayat memiliki banyak ragam, salah satunya adalah hikayat. Hikayat merupakan
cerita Melayu klasik yang menonjolkan unsur penceritaan berciri kemustahilan
dan kesaktian tokoh-tokohnya.
Hikayat
adalah salah satu bentuk sastra karya prosa lama yang isinya berupa cerita,
kisah, dongeng maupun sejarah. Umumnya mengisahkan tentang kepahlawanan
seseorang lengkap dengan keanehan, kekuatan/kesaktian, dan mukjizat sang tokoh
utama.
Menurut
KBBI, hikayat berarti karya sastra lama Melayu berbentuk prosa yang
berisi cerita, undang –undang, dan silsilah bersifat rekaan, keagamaan,
historis, biografis, ataugabungan sifat- sifat itu, dibaca untuk pelipur lara,
pembangkit semangat juang, atau sekadar untuk meramaikan pesta, misalnya Hang
Tuah, Perang Palembang, Seribu Satu Malam, dan lain- lain.
Ciri-ciri hikayat dapat dibedakan
menjadi 9 yaitu:
1.
Anonim: Pengarangnya tidak dikenal
2.
Istana
Sentris: Menceritakan tokoh yang berkaitan dengan kehidupan
istana/kerajaan
3.
Bersifat Statis: Tetap, tidak banyak
perubahan
4.
Bersifat Komunal: Menjadi milik
masyarakat
5.
Menggunakan bahasa klise:
Menggunakan bahasa yang diulang-ulang
6.
Bersifat Tradisional: Menentukan
budaya/tradisi/kebiasaan yang dianggap baik
7.
Bersifat Didaktis: Didaktis moral
maupun didaktis religius (Mendidik)
8.
Menceritakan Kisah Universal
Manusia: Peperangan antara yang baik dengan yang buruk, dan dimenangkan oleh
yang baik
9.
Magis: Pengarang membawa pembaca ke
dunia khayal imajinasi yang serba indah
Macam-macam hikayat dapat
dibedakan menjadi 2 macam yaitu :
Macam-macam Hikayat berdasarkan isinya:
1.
Cerita Rakyat
2.
Epos India
3.
Cerita dari Jawa
4.
Cerita-cerita Islam
5.
Sejarah dan Biografi
6.
Cerita berbingkat
Macam-macam Hikayat berdasarkan asalnya:
1.
Melayu Asli
Contohnya: Hikayat
Hang Tuah, Hikayat Si Miskin, Hikayat Indera Bangsawan, Hikayat Malim Deman.
2.
Pengaruh Jawa
Contohnya:
Hikayat Panji Semirang, Hikayat Cekel Weneng Pati, Hikayat Indera Jaya.
3.
Pengaruh Hindu
Contohnya:
Hikayat Sri Rama, Hikayat Perang Pandhawa, Hikayat Sang Boma, Hikayat Bayan
Budiman.
4.
Pengaruh Arab-Persia
Contohnya:
Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Bachtiar, Hikayat Seribu Satu Malam.
Unsur-Unsur Hikayat
Alur (plot)
o Merupakan
pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab-akibat.
Tema
o Merupakan
inti atau ide dasar sebuah cerita. Dan ide dasar itulah cerita dibangun oleh
pengarangnya dengan memanfaatkan unsur-unsur intrinsik seperti plot, penokohan,
dan latar. Tema merupakan pangkal tolak pengarang dalam menceritakan dunia
rekaan yang diciptakannya.
Penokohan
o Penokohan
adalah cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan karakter tokoh-tokoh
dalam cerita.
Sudut Pandang
o Sudut
pandang adalah posisi pengarang dalam membawakan cerita.
Latar (setting)
o Latar
(setting) adalah keadaan tempat, waktu, dan suasana berlangsungnya suatu cerita
Amanat
o Amanat
merupakan ajaran moral atau pesan didaktis yang ingin disampaikan pengarang
pada pembaca melalui karyanya.
Hikayat banyak memiliki nilai kehidupan. Nilai- nilai kehidupan
tersebut dapat berupa nilai religius(agama), moral, budaya, sosial,
edukasi(pendidikan), dan estetika(keindahan). Perhatikan contoh teks
dan analisis nilai yang terdapat dalam Hikayat Si Miskin berikut!
CONTOH TEKS
Hikayat dengan Menggunakan Bahasa
Melayu
Hikayat Si
Miskin
Ini hikayat cerita orang dahulu kala sekali peristiwa Allah
Swt. menunjukkan kekayaan- Nya kepada hamba-Nya. Maka adalah seorang miskin
laki bini berjalan mencari rizkinya berkeliling negara antah-berantah. Adapun
nama raja di dalam negara itu Maharaja Indera Dewa. Namanaya terlalu amat besar
kerajaan baginda itu. Beberapa raja di tanah Dewa itu takluk kepada baginda dan
mengantar upeti kepada baginda setiap tahun.
Hatta, maka pada suatu hari baginda sedang ramai
dihadapi oleh segala raja-raja, menteri, hulubalang, rakyat sekalian di
penghadapannay. Maka si msikin itupun sampailah kepenghadapan itu.setelah
dilihat oleh orang banayak, si Miskin laki bini dengan rupa kainnya seperti
dimamah anjing rupanya. Maka orang banayk itupun ramailah tertawa seraya mengambil
kayu dan batu. Maka dilemparilah akan si miskin itu kena tubuhnya habis bengkak
–bengkak dan berdarah. Maka segala tubuhnya pun berlumur dengan darah. Maka
orang pun gemparlah. Maka titah baginda,”Apakah yang gempar di luar itu?”
Sembah segala raja –raja itu,”Ya Tuanku Syah Alam, orang melempar si Miskin
Tuanku.” Maka titah baginda,”Suruh usir jauh-jauh!” Maka diusir oranglah akan
si Miskin hingga sampailah ke tepi hutan. Maka orang banyak itupun kembalilah.
Maka haripun malamlah. Maka bagindapun berangkatlah masuk ke dalam istananya
itu. Maka segala raja- raja dan menteri, hulubalang rakyat sekalian itupun
masing- masing pulang ke rumhnya.
Adapun akan si Miskin itu apabila malam iapun tidurlah di
dalm hutan itu. Setelah siang hari, maka ia pun pergi berjalan masuk ke dalam
negeri mencri rizkinya. Maka apbila sampailah dekat dengan kepada kampung
orang. Apabila orang yang empunya kampung itu melihat akan dia. Maka diusirlah
dengan kayu. Maka si Miskin itupun larilah. Ia lalu ke pasar. Maka apabila dilihat
oleh orang pasar itu si Miskin datang, maka masing –masing pundatang ada yang
melontari dengan batu, ada yang memalu dengan kayu. Maka si Miskin itupun
larilah tunggang langgang, tubuhnya habis berlumuran dengan darah. Maka
menangislah ia berseru – seru sepanjang jalaan itu dengan tersengat lapar
dahaganya seperti alan matilah rsanya. Maka ia pun bertemu dengan tempat orang
membuangkan sampah – sampah. Maka berhentilah ia di sana. Maka
dicaharinyalah di dalm sampah yang tertimbun itu barang yang boleh dimakan.
Maka didapatinyalah ketupat yang sudah basi dibuangkan oleh orang pasar itu
dengan buku tebu lalu dimakannya ketupat yang sebiji itu laki bini. Setelah
sudah dimakannya ketupat itu maka barulah dimakannya buku tebu itu. Maka adalah
segar sedikit rasanya tubuhnya karena beberapa lamanya tiada merasai nasi.
Hendak mati rasanya. Ia hendak meminta ke rumah orang takut.
Jangankan diberi orang barang sesuatu, hampir kepada rumah orang itu pun tiada
boleh. Demikianlah si Miskin itu sehari –hari.
Hatta, maka haripun petanglah. Maka si Miskin pun
berjalanlah masuk ke dalam hutan tempatnya sediakala itu. Di sanalah ia tidur.
Maka disapunyalah darah- darah yang di tubuhnya tiada boleh keluar karena darah
itu sudah kering, maka si Miskin itupun tidurlah di dalam hutan itu. Setelah
pagi hari, mak berkatalh si Miskin kepada isterinya,”Ya Tuanku, matilah rasaku
ini. Sangatlah sakit rasanya tubuhku ini. Maka tiadalah berdaya lagi hancurlah
rasanya rasanya anggotaku ini.” Maka iapun tersedu – sedu menangis. Maka terlalu
belas rasa hati isterinya melihat laku suaminya demikian itu. Maka iapun
menangis pula seraya mengambil daun kayu lalu dimamahnya. Maka disapukannyalah
seluruh tubuh suaminya sambil ia berkata, “Diamlah, tuan jangan menangis.”
Maka selaku ini adapun akan si Miskin itu aslinya daripada
raja keinderaan. Maka kena sumpah Batara Indera maka jadilah ia demikian itu.
Maka adalah suaminya itu pun segarlah segarlah sedikit tubuhnya.
Setelah itu, maka suaminya pun masuk ke dalam hutan mencari ambat muda yang patut
dimakannya. Maka dibawanyalah kepada isterinya. Maka demikianlah laki bini.
Hatta beberapa lamanya maka isteri si Miskin
itupun hamilah tiga bulan lamanya. Maka istrinya menangis hendak makan buah
mempelam yang ada dalam taman raja itu. Maka suaminya itu pun terketukkan
hatinya tatkala ia di Keinderaan menjadi raja tiada ia mau beranak. Maka
sekarang tulah mudhorot. Maka baharulah hendak beranak seraya berkata kepada
istrinya,”Ayo hai Adinada. Tuan hendak membunuh kakandalah rupanya ini.
Tidakkah tuan tahu akan hal kita yang sudah lalu itu? Jangankan hendak meminta
barang suatu, hampir kepada kampung tiada boleh.”
Setelah didengar oleh istrinya kata suaminya demikian itu,
maka makinlah sangat ia menangis. Maka kata suamiya, “Diamlah tuan, jangan
menangis! Berilah kakanda pergi mencaharikan tuan buah mempelam itu, jikalau
dapat oleh kakanda akan berikan pada tuan.”
Maka istrinya itu pun diamlah. Maka suaminya itu pergilah ke
pasar mencahari buah mempelam itu. Setelah sampai di orang berjualan buah
mempelam, maka si Miskin itu pun berhentilah di sana. Hendak pun dimintanya
takut ia akan dipalu orang. Maka kata orang yang berjualan buah mempelam,”Hai
Miskin. Apa kehendakmu?”
Maka sahut si Miskin, “Jikalau ada belas dan kasihan serat
rahim tuan akan hamba orang miskin hamba ini minta diberikan yang sudah
terbuang itu. Hamba hendak memohonkan buah mempelam tuan yang sudah busuk itu
barang sebiji sahaja tuan.”
Maka terlalu belas hati sekalian ornag pasar itu yang
mendengar kata si Miskin. Seperti hancurlah rasa hatinya. Maka ada yang
memberikan buah mempelam, ada yang memberikan nasi, ada yang memberikan kain
baju, ada yang memberikan buah-buahan. Maka si Miskin itupun heranlah akan
dirinya oleh sebab diberi orang pasar itu berbagai jenis pemberian. Adapun akan
dahulunya jangankan diberinya barang suatu hampirpun tiada boleh. Habislah
dilemparnya dengan kayu dan batu. Setelah sudah ia berpikir dalam hatinya
demikian itu, maka ia pun kembalilah ke dalam hutan mendapatkan istrinya.
Maka katanya, “Inilah tuan, buah mempelam dan segala
buah-buahan dan makan-makanan dan kain baju.” Itupun diinjakkannyalah istrinya
seraya menceritakan hal ihwalnya tatkala ia di pasar itu. Maka istrinya pun
menangis tiada mau makan jikalau bukan buah mempelam yang di dalam taman raja
itu.” Biarlah aku mati sekali.”
Maka terlalulah sebal hati suaminya itu melihatkan akan
kelakuan istrinya itu seperti orang yang hendak mati. Rupanya tiadalah berdaya
lagi. Maka suaminya itu pun pergilah menghadap Maharaja Indera Dewa itu. Maka
baginda itupun sedang ramai dihadap oleh segala raja-raja.Maka si Miskin
datanglah.Lalu masuk ke dalam sekali.Maka titah baginda,”Hai Miskin,apa
kehendakmu?”maka sahut si Miskin,”Ada juga tuanku.”lalu sujud kepalanya lalu
diletakkanya ke tanah,”Ampun Tuanku,beribu-ribu ampun Tuanku.Jikalau ada
karenanya Syah Alam akan patuhlah hamba orang yang hina ini hendaklah
memohonkan daun mempelam Syah Alam yang sudah gugur ke bumi itu barangkali
Tuanku.
Maka titah baginda,”Hendak engkau buatkan apa daun mempelam
itu?” Maka sembah si Miskin,”Hendak dimakan, Tuanku.” Maka titah
baginda,”Ambilkanlah barang setangkai berikan kepada si Miskin ini”.
Maka diambilkan oranglah diberikan kepada si Miskin itu.
Maka diambillah oleh si Miskin itu seraya menyembah kepada baginda itu. Lalu
keluar ia berjala kembali. Setelah itu maka baginda pun berangkatlah masuk
kedalam istananya maka segala raja-raja dan menteri hulubalang rakyat sekalian
itupun masing-masing pulang kerumahnya. Maka si Miskin pun sampailah kepada
tempatnya. Setelah dilihat oleh istrinya akan suaminya datang itu membawa buah
mempelam setangkai. Maka ia tertawa-tawa. Seraya disambutnya lalu dimakannya.
Maka adalah antaranya tiga bulan lamanya.Maka ia pun
menangis pula hendak makan nangka yang di dalam taman raja itu juga.Maka si Miskin
itu pun pergilah pula memohonkan kepada baginda itu.Maka sujudlah pula ia
kepada baginda.Maka titah baginda,”Apa pula kehendakmu hai Miskin?”
Maka sahut si Miskin,”Ya Tuanku, ampun beribu-ribu ampun.”
Sahut ia sujud kepalanya lalu diletakkannya ketanah. Sahut ia berkata
pula,”Hamba ini orang yang miskin. Hamba minta daun nangka yang gugur ke bumi,
barang sehelai.” Maka titah baginda,”Hai Miskin, hendak kau buatkan apa daun
nangka? Baiklah aku beri buahan barang sebiji.”Maka diberikan kepada si Miskin itu.
Maka ia pun sujud seraya bermohon kembali mendapatkan istrinya itu.
Hatta maka dengan hal yang demikian itu maka genaplah
bulannya.Maka pada ketika yang baik dan saat yang sempurna pada malam empat
belas hari bulan.Maka bulan itu pun sedang terang.Maka pada ketika itu istri si
Miskin itu pun beranaklah seorang anak laki terlalu amat baik parasnya dan elok
rupanya.Maka dinamainya akan anaknya itu markaromah artinya anak didalam
kesukaran.Maka dipeliharakannyalah anak itu.Maka terlalu amat kasih sayang nya
akan anak itu.Tiada boleh bercerai barang seketika jua pun dengan anaknya
Markaromah itu.
Hatta,maka
dengan takdir Allah SWT menganugrahi kepada hambanya. Maka si Miskin pun
menggalilah tanah hendak berbua tempatnya tiga beranak itu.Maka digalinyalah
tanah itu hendak mendirikan tiang teratak itu.Maka tergalilah kepada sebuah
telaju yang besar berisi emas terlalu banyak.Maka istrinya pun datanglah
melihat akan emas itu.Seraya berkata kepada suaminya,”Adapun akan emas ini
sampai kepada anak cucu kita sekalipun tada habis dibuat belanja”
sumber: buku paket bahasa Indonesia
kurikulum 2013 edisi revisi 2016
Hikayat dengan Menggunakan Bahasa
Indonesia
Hikayat Si
Miskin
Dahulu kala, ada sepasang suami istri berkeliling
untuk mencari rizki di negara antah- berantah. Karena penampilannya, ia
dijuluki si Miskin. Kerajaan tersebut dipimpin oleh Maharaja Indera Dewa.
Beberapa raja di tanah tersebut tunduk kepada Baginda Raja Indera Dewa dan
selalu mengantar upeti setiap tahun.
Pada suatu hari, semua orang baik para raja, menteri,
prajurit maupun rakyat berkumpul di istana sang Maharaja. Situasi yang ramai
semakin ramai saat melihat Si Miskin di tengah –tengah
mereka dengan baju compang camping seperti terkoyak anjing. Melihat
penampilan mereka yang jauh dari kata layak pakai, orang –
orang menertawakan mereka dan tak segan- segan melempari
mereka dengan kayu dan batu. Seluruh tubuh Si Miskin berlumuran darah dan bengkak
– bengkak. “Apa yang terjadi? Kenapa ribut sekali” tanya Baginda saat mendengar
keributan di istananya. “Orang – orang melempari Si Miskin, Yang Mulia” jawab
raja yang lain. “Usir mereka jauh – jauh!”titah Baginda Raja Indera Dewa. Si
Miskin di usir dari istana. Aktivitas di istana kembali seperti semula, ramai
namun tenang tanpa kericuhan. Hari sudah beranjak malam, seluruh
raja, menteri, prajurit, serta rakyat itupun masing –masing pulang ke rumahnya.
Saat malam tiba, Si Miskin tidur di dalam hutan. Di siang
hari, mereka pergi ke kampung untuk mencari makan. Namun, saat ke kampung bukan
makanan apalagi uang yang mereka dapatkan, malah pukulan dari kayu
yang mereka dapatkan. Tidak hanya sampai di situ, saat mereka di pasar orang –
orang melontari mereka dengan batu dan dipukul dengan kayu. Si Miskin lari
tunggang langgang dengan tubuh berlumuran darah. Ia menangis tersedu –sedu di
sepanjang jalan dengan tersengat rasa lapar dan
dahaga dan kesakitan di sekujur tubuhnya. Ia berhenti di tempat
pembuangan sampah dan memungut makanan yang masih bisa dimakan. Beruntung
mereka mendapat sebuah ketupat yang bisa mereka makan. Mereka ingin meminta ke
rumah orang tetapi takut. Jangankan diberi makan, hanya mendekati rumahnya saja
ia sudah diusir terlebih dahulu. Itulah keseharian Si Miskin.
Hari sudah petang, Si Miskin kembali ke hutan tempat di mana
ia tinggal. Setelah membersihkan darah-darah yang telah mengering di tubuhnya,
mereka tidur di dalam hutan. Pagi hari, Si Miskin berkata kepada istrinya
dengan menangis tersedu- sedu ,“Istriku, rasanya aku seperti ingin mati.
Tubuhku rasanya hancur lebur karena rasa sakit ini.” Melihat keadaan suaminya,
Sang Istri merasa kasihan dan ikut menangis. Dia mengunyah daun kayu hingga
halus lalu dioleskan di tubuh suaminya berharap dapat mengobati luka- luka
tersebut. “Diamlah, jangan menagis,”tutur Sang Istri menahan isakannya.
Sebenarnya, Si Miskin adalah seorang raja keinderaan yang
dikutuk oleh Batara Indera hingga ia menjadi seperti itu. Tubuhnya sudah lebih
segar. Kemudian, ia masuk ke dalam hutan untuk mencari ambat muda yang layak
untuk dimakan ia dan istrinya.
Setelah beberapa lama kemudian, isteri si Miskin itu hamil.
Diusia kandungan yang ketiga bulan, istrinya ingin makan buah mangga yang ada
di dalam taman raja. Ia menangis sampai membuat si Miskin tak tega melihatnya.
Terbayang dahulu di Keinderaan, saat ia menjadi raja ia tidak mau memiliki anak
dan sekarang telah diberi keturunan. “Bagaiamana bisa Kakanda minta pada mereka
setelah apa yang telah kita alami sebelumnya? Jangankan ingin meminta nasi
sesuap, mendekati mereka saja tidak boleh,” tutur si Miskin.
Mendengar perkataan suaminya, sang istri menangis semakin
hebat. “Tenanglah Adinda, jangan menangis. Kakanda akan mencarikan buah mangga
itu, jika dapat kakanda akan berikan kepada adinda,”kata si Miskin. Sang istri
pun tidak menangis lagi. Si Miskin pergi ke pasar mencari buah mangga. Setelah
sampai di tempat orang yang berjualan mangga, ia takut dipukul orang karena
meminta buah- buahannya. Kata penjual buah mangga,” Hai Miskin, Apa maumu?”
“Jika dibolehkan, saya ingin meminta buah yang sudah busuk itu satu saja untuk
istri saya yang tengah mengandung,” sahut si Miskin.
Karena kasihan dengan si Miskin, orang – orang yang
bersimpati padanya ada yang memberikan buah mangga, nasi, baju, dan buah-buahan
lainnya. Si Miskin pun keheranan, bagaimana mungkin sekarang ia mendapatkan
berbagai pemberian, di saat dulunya ia hanya mendapatkan pukulan kayu dan
lemparan batu. Setelahnya, ia kembali ke dalam hutan menemui istrinya. “Ini
adinda, buah mangga yang kamu pinta dan buah-buahan, makanan, serta baju,”
tutur Si Miskin. Mengalirlah cerita yang ia alami di pasar tadi, bagaimana dan
apa yang terjadi di sana kepada istrinya. Sang istri pun menangis kembali,
tatkala ia mengetahui buah mangga itu bukan berasal dari taman raja melainkan
dari pasar. “Biarkan saja aku mati,”tandasnya.
Si Miskin kesal saat istrinya seperti mengatakan ingin mati,
sungguh ia tidak tega. Dengan tekadnya, ia menghadap Maharaja Indera Dewa.
Setibanya di istana, keramaian melingkupi Maharaja Indera Dewa. “Hai, Miskin,
apa maumu?” tutur Maharaja melihat kedatangan si Miskin saat raja- raja sedang
menghadapnya. “Yang Mulia,”sahut si Miskin lalu bersujud kepada
Maharaja. “Ampun Yang Mulia, ampun beribu –ribu ampun, jikalau boleh hamba
orang yang hina ini meminta buah mangga yang sudah jatuh di taman Yang
Mulia,”pinta si Miskin. “Hendak kau apakan buah mangga itu?”kata Maharaja.
“Hendak dimakan, Yang Mulia,”sahut si Miskin. “Ambilkan buah mangga dan berikan
kepada si Miskin ini,”titah sang Maharaja pada pengawalnya. Setelah mendapatkan
buah mangga itu, si Miskin menyembah kepada sang Maharaja kemudian kembali ke
dalam hutan. Istrinya menyambut dengan suka cita buah mangga yang dibawakan
suaminya dan memakannya dengan hati gembira.
Tiga bulan kemudian, sang istri ingin memakan nangka yang di
dalam taman raja juga. Si Miskin kembali menghadap sang Maharaja. “Apa lagi
maumu, hai Miskin?”tanya Maharaja. “Yang Mulia, ampun beribu
ampun,” sahutnya sembari bersujud. “Hamba ini orang miskin. Bolehkah
hamba meminta daun nangka yang gugur barang sehelai saja?”lanjutnya. “Hendak
kau apakan daun nangka itu? Baiklah aku beri satu buah nangka saja,” tutur sang
Maharaja. Si Miskin pun bersujud dan berterimakasih.
Sesudahnya, ia kembali ke dalam hutan dan menyerahkan buah
nangka itu. Selama istrinya hamil, ia banyak mendapat makanan- makanan, beras,
baju, dan segala perkakas – perkakas dari orang yang bersimpati padanya.
Terang bulan, istri si Miskin melahirkan seorang anak laki-
laki yang begitu rupawan. Anak itu mereka namai Markaromah yang artinya “Anak
di dalam kesukaran”. Mereka merawat anak mereka dengan penuh kasih sayang.
Karena takdir Tuhan si Miskin yang menggali tanah menemukan
sebuah telaju besar berisi emas yang banyak. Istrinya pun datang dan melihat
lalu berkata,”Adinda yakin, emas ini tidak akan habis tujuh turunan.” Sejak
saat itu, si Miskin menjadi orang yang kaya.
Identifikasi
Nilai – Nilai dalam Hikayat
Nilai
|
Konsep
nilai
|
Kutipan
Teks
|
Agama
|
· Percayalah pada Tuhan bahwa Dialah yang menentukan nasib
manusia.
|
Karena takdir Tuhan si Miskin yang menggali tanah
menemukan sebuah telaju besar berisi emas yang banyak.
|
Sosial
|
· Kita harus saling tolong-menolong terhadap sesama dan pada
orang yang membutuhkan tanpa rasa pamrih.
· Hendaknya kita mau berbagi untuk meringankan beban orang
lain.
|
Karena kasihan dengan si Miskin, orang – orang yang
bersimpati padanya ada yang memberikan buah mangga, nasi, baju, dan
buah-buahan lainnya.
|
Budaya
|
· Budaya menyembah seorang raja / tunduk kepada raja
|
“Yang Mulia,”sahut si Miskin lalu bersujud kepada
Maharaja.
|
Moral
|
· Kita harus bersikap bijaksana dalam menghadapi segala hal
di dalam hidup kita.
|
Mendengar perkataan suaminya, sang istri menangis semakin
hebat. “Tenanglah Adinda, jangan menangis. Kakanda akan mencarikan buah
mangga itu, jika dapat kakanda akan berikan kepada adinda,”kata si Miskin.
Sang istri pun tidak menangis lagi.
|
0 comments:
Post a Comment